Balas Salam Kami

Ahlan Wa Sahlan !

As-Salaamu 'alaikum wa rohmatu 'l-Loohi wa barokaatuH,


Al-Hamdu li 'l-Laah kita punya "Hall". Blog ini milik kita. Ajang kita bersilatu 'r-rohim, bertukar ide dan pengalaman serta saling berbagi suka maupun duka. Kita adalah saudara. Ada lebih dari "sesuatu" yang telah mengikat kita kuat, erat tak terpisahkan.


Kalian dapat mengirim berita, cerita, pengalaman atau apa saja yang baik dan berguna untuk semua, tetapi jangan lupa untuk sertakan foto terbarunya. Post-kan via e-mail ke :
one.zein69@yahoo.com


Kampus kita masih yang itu-itu juga, al-Hamdu li 'l-Laah masih dipelihara oleh Allah 'Azza wa Jalla. Kalau ingin ia menjadi lebih baik, kalian lebih tahu caranya dan Allah Maha Tahu semua niat dan amal kita. OK, beritanya ditunggu. Tell a friend.


Was-Salaamu 'alaikum wa rohmatu 'l-Loohi wa barokaatuH.

Admin of Hall of MTsMTM

Eh ... Ada Tamu ?


Selamat Tahun Baru Hijriyyah !


Mana Tulisanu ?


Menentukan Arah Qiblah

02 September 2009

Mari Kita Tersiksa Bersama !

“Wall Photo” by Yahya Cholil Staquf


Kalau Foto Bisa Ngomong … ?!


Sejatinya, foto ini sudah lebih dari sekedar “Ngomong”. Bahasa visualnya telah lebih dahulu menuturkan “Cerita” mendahului semua yang bahkan belum sempat kita fikirkan. Buat sebagian orang, mungkin tak ada yang aneh dari foto diatas ini karena sudah merupakan pemandangan biasa setiap hari. Tetapi buat sebagian kita yang masih memiliki “a’yunun yubshirūna bihā, wa āzānun yasma’ūna bihā, wa qulūbun yafqohūna bihā” (mata, telinga dan hati yang masih difungsikan sebagaimana tujuan awal penciptaannya) foto ini justru masih dapat terus menyemburkan seabrek lumpur pernyataan dan pertanyaan.


Ada 3 sosok dalam foto ini yang berebut dan mendaulat ingin menyampaikan pernyataan dan pertanyaan mereka : sosok non-manusia, sosok manusia dan sosok yang bukan kedua-duanya.


Pertama, sosok non-manusia. Dalam hal ini adalah sebuah kendaraan berujud sepeda motor tua yang menghujat dengan nada keras, katanya : “Manusia yang menunggangi-ku ini memang sama sekali tidak memiliki rasa “pri-kemotoran yang adil dan beradab”. Bayangkan, Allah saja tidak pernah membebani manusia dengan sesuatu yang melebihi kekuatan si manusia itu sendiri. Lha ini manusia, malah sak kareppē dēwē menimbunkan beban bergudang-gudang ke atas punggungku yang sebenarnya sudah “lā thōqota lanā bih” (tak punya tenaga sama sekali). Apakah mereka tak pernah memperhatikan tubuhku yang telah renta, ringkih dan uzur ini lantaran dimakan usia dan derita ? Kalian tahu, sepanjang jalan aku hampir tak mampu bernafas dengan baik karena sekujur tubuhku telah “dihiasi” dengan puluhan bungkusan dan karung aneh lagi bau ini. Aku telah mati gaya dengan kondisi seperti ini dan sama sekali tak sempat menikmati perjalanan pagiku hari ini. Andai para perancangku di … Jepang sana mengetahui semua ini, pastilah aku segera ditariknya pulang, karena aku mereka rancang bukan untuk diperbudak seperti ini. Satu lagi yang membuatku muak … adalah aku sepertinya telah mereka “resmikan” jadi moda angkutan penumpang dan barang jenis ke V. Tetapi kalau tanpa adanya regulasi berupa UU atau setidaknya sebuah Perda-lah, maka ini namanya telah melanggar dan menginjak-injak HAM (Hak Asasi Motor) !”. Tiba-tiba sosok non-manusia yang lainnya ikut angkat bicara, katanya : “Sudahlah, mas montor sayang ! Selain sampean, sebenarnya diluar sana masih banyak lagi jenis angkutan lain yang juga diperlakukan tidak “bendawi” seperti sampean. Aku saja tidak mengeluh kok, meskipun dari subuh tadi aku tersiksa dengan dinginnya angin yang menerpa tubuhku yang lembut ini, ditambah lagi dengan badan kang mas Ojek ini, ambune rek … waduh !, sudahlah ini belum seberapa kok. Tahu nggak ? tadi di pasar itu, ratusan ekor ayam hidup berencana mau demo, karena mereka tidak lagi rela diangkut dengan montor kaya gini dengan posisi “akrobatik” yaitu kepala dibawah berjam-jam. Bayangin opo ora modar awa’e ?”. Begitu tutur bijaksana dari puluhan ikat kangkung yang bertengger diatas stang motor dan dalam pelukan mesra mas Ojek, menceritakan dan membela derita “orang” lain, bukan deritanya sendiri. Hebat juga ya, punya kepedulian yang kental !


Kedua, sosok manusia. Dalam hal ini adalah Si Mbok, sang Bakul Sayur yang biasa menggelar usahanya di pasar kaget dekat mulut gang di seberang komplek perumahan “Ijo Royo-Royo” yang sedang mereka lintasi ini. Ia berkata dengan nada tinggi dan setengah berteriak parau : “Kalian pasti dari tadi melototi aku dan menuduh aku telah berbuat susuatu yang diluar daya khayal manusia ya ?. Apa kalian nggak lihat posisi dudukku, kalian fikir aku nyaman apa ?, coba bayangkan … kalau saja ada sesuatu yang tiba-tiba mengganjal laju kencang motor ini seperti polisi tidur misalnya, pastilah aku akan terpelanting tinggi … lalu gedebuk dan ikut tidur juga, mungkin selamanya. Begitu juga dengan mas Ojek ini, apa dengan posisi duduk yang tidak ergonomis ini pinggangnya nggak kaku ?. Kami disini semuanya tersiksa, dan apa yang kalian pelototi ini … semuanya aku lakukan karena terpaksa, tau !. Sejak harga BBM naik tempo hari, aku sudah tidak sanggup lagi menyewa kendaraan selain ojek keponakanku ini !. Satu lagi, aku ini kan wanita … tetapi kenapa mesti aku makhluk lemah ini yang harus “berjihad” sekeras ini sejak pagi buta untuk menghidupi keluarga, dimana kaum prianya ?. Kalian perhatikan nggak, di setiap pasar di mana saja di negeri ini … yang dominan “berusaha” itu adalah kaum wanita semua, ya si mbok-mbok dan inang-inang itu kan ? Meski memang ada “Wanita dijajah pria sejak dulu” seperti dalam syair lagu ini, tapi itu mah … dijajah uenaak karena ditaruh di sangkar madu dan nggak kerja apa-apa. Lha aku ini … modar mas !”. Wah repot, kok jadi melenceng ke persoalan gender segala sih ? Udah ah nggak ikutan ! "Eh ... tapi ngomong-ngomong, ada yang mampu menyusun seabrek bungkusan ini dengan rapi seperti daya kreasiku yang imajinatif ini ? ayo, tak tantang sampean ... ! ", si Mbok kembali nyerocos.


Ketiga, sosok yang bukan kedua-duanya. Kurang jelas memang sosoknya, tetapi apa yang dipaparkannya perlu dicermati “bi-qolbin salīm” (dengan hati jernih). Dalam citra akustik yang super dolby dan hi-fi, sosok ini menyuarakan pendapatnya dengan nada datar penuh wibawa : “Apa yang dikeluhkan oleh si motor diatas, sebenarnya adalah buat kebaikan kalian dan para anak cucu semua. Kalian kan masih belum lagi lupa dengan akibat yang telah ditimbulkan oleh model perlakuan manusia yang “kacau” (penuh serakah dan masa bodoh) seperti itu pada hampir semua isi alam ini … ? sudah berapa banyak nyawa manusia dan harta benda yang selama ini harus jadi korban ? Masih ingat dengan : bus-bus dan truk-truk yang kelebihan muatan, rem yang blong atau ban yang gundul karena kurang perawatan, kapal laut yang jumlah penumpang dengan daftar manifest-nya nggak sama plus beban angkutan yang overloaded, kareta api yang gerbong, rel dan bantalannya telah uzur atau pesawat terbang yang sistem navigasinya memble, ditambah : tanggul-tanggul yang retak dan ambrol, bukit-bukit yang gundul dan tanah-tanah yang longsor, sungai-sungai yang dangkal dan menyempit, persawahan yang berubah fungsi jadi mall, arena rekreasi dan resto, laut yang rusak dan terkontaminasi, hutan-hutan yang dibalak dan banyak lagi yang lainnya. Semua berpulang pada ulah tangan manusia sebagai penyebabnya. Untungnya motor tadi tidak sampai menyebutkan dalil-dalil al-Qur’an yang sering mewanti-wanti manusia, seperti pada Q.S. Ar-Rūm (30) : 41, tentang kerusakan di daratan dan di lautan akibat ulah tangan manusia, dan Q.S. Al-Anfāl (7) : 25, yang mengingatkan bahwa musibah itu tidak hanya menimpa si pelaku yang zholim saja, tetapi yang lainnya juga. Sebenarnya kearah sana maunya protes sang motor yang terzholimi itu tadi. Tetapi sayang … lagi-lagi manusia memang selalu hanya memperturutkan hawa nafsunya saja dan tidak pernah mau berfikir panjang. Que Sera Sera, whatever will be … will be ! Yo mbok eling to … ". Ampuni dan lindungi mereka, yaa Robb !


( Renungan Ramadhan Ahmad Halwani Zein, mantan Kepala MTs. MTM )


Tidak ada komentar:

Posting Komentar


STOP PRESS


Al-hamdu li ‘l-Lāh, sebuah karya besar “anak bangsa” telah hadir untuk melengkapi jati diri keislaman kita. Muhammad Maulana, seorang alumni MTs. MTM telah berhasil men-desain sebuah situs (Website) dengan content khusus tentang FARO’IDH (Hukum Waris Islam). Ini unik, karena ia seorang sarjana Ilmu Komputer dari IPB Bogor, tetapi garapannya justru tentang Islam. Situsnya telah dicantumkan dalam Daftar Links blog ini sejak sepekan yang lalu, dan URLnya adalah http://www.faroidh.webs.com/. Profil alumni yang satu ini akan kita post-kan dalam beberapa hari ini, in syā-a ‘l-Lōh.


Bagi rekan-rekan yang komputernya belum terkoneksi (online) dengan internet dan ingin mencoba “ber-Faro’idh dan ber-Zakat Ria” lewat IT, kami memiliki 3 software/program gratis untuk penghitungan Warisan (Indonesia / Arab) dan Zakat Penghasilan Pribadi. Programnya mudah dan tanpa instalasi serta penggunaannyapun segampang mengisi SPT. Mau … ? hubungi kami.


Admin of Hall of MTsMTM

04/09/2009 – 14/09/1430