“Do’a Selamat” … yang di-protes tuan rumah
Suatu hari, tetangga sebelah rumah mengundang kami untuk acara selamatan salah seorang puteranya yang baru saja dikhitan. Kamipun menyempatkan diri untuk menghadiri kenduri ini bersama kira-kira lima belasan orang tetangga lainnya.
Acara sederhana ini berjalan cukup khidmat, sampai ketika do’a selamat yang dibacakan oleh seorang sesepuh kampung baru saja sampai pada kalimat “Allōhumma innā nas’aluka salāmatan fi ‘d-dīn …”, tiba-tiba saja sang tuan rumah yang duduk di sebelah si pembaca do’a segera menukasnya dengan setengah berbisik : “Pak, yang dikhitan itu Pirngadi bukan Fidin !”. Merasa ada yang salah, maka do’apun diulang. Bunyi do’anyapun berubah menjadi : “Allōhumma innā nas’aluka salāmatan firngadī …”. Āmīn … !, sambut seluruh yang hadir termasuk sang tuan rumah yang kini baru tersenyum bahagia karena puteranya sudah di-dungake.
Rupanya tadi, si tuan rumah kurang merasa sreg dengan isi do’a pak tua. Ia mengira yang dido’akan adalah si Fidin ( panggilan untuk Rafidin, anak keduanya yang masih kecil ) bukan si Pirngadi, anak yang hari itu disunat, makanya ia melakukan protes keras. Padahal arti do’anya kan sudah bagus seperti ini “Ya Allah, kami memohon kepadaMU akan keselamatan dalam beragama kami ( fi ‘d-dīn ). Oalaah pak…é, pak…é. Protes sich protes pak, tetapi do’anya kan jadi kacau begitu ! (Sumber cerita : Alm. H. M. Zaini Usman, Mantan Kepala MTs. MTM)
diambil dari :
http://benzein4.wordpress.com/category/nukat/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar