(1) “Saudaraku” dilahirkan bukan oleh ibuku ?
Hidup ini memang bagaikan sebuah panggung sandiwara seperti lantunan lagunya Iye’ God Bless. Ada yang terlahir dengan memiliki sekian banyak saudara, adapula yang terlahir tanpa seorang saudarapun.
Tetapi kemudian, kisah di panggung bisa bercerita lain. Ada yang telah memiliki sekian saudara dan mestinya berbahagia malah menyesal mengapa ia harus memiliki saudara. Adapula yang kebetulan tidak mempunyai seorang saudarapun malah sangat berbahagia lantaran “menemukan” saudara-saudara yang bahkan mungkin melebihi saudara sendiri.
Barangkali mungkin itu yang diisyaratkan oleh kata-kata bijak (wise words) berikut ini : “Rubba akhin lam talid-hu ummuka (wālidatun)” (Banyak sakali saudara yang tidak pernah terlahir dari rahim ibumu). Tetapi meski begitu, saudara adalah tetap saja saudara walaupun terbatasi oleh watak, perangai dan perilaku yang berbeda. Bahkan al-Qur’an malah memperluas jangkauan arti persaudaraan ini dengan catatan kesamaan iman. Tengok surah al-Hujurāt (49) ayat ke 10 : “Innamā ‘l-mu’minūna ikhwah …..”, yang ditambahkan oleh as-Sunnah dengan kesamaan agama, “Al-muslimu akhū ‘l-muslim …..”.
(2) Mau "makanan”, “obat” atau “penyakit” ?
Memiliki saudara adalah sebuah ni’mat ilāhiyah. Meski tidak semua saudara bakal selalu seia sekata dengan saudaranya yang lain. Rambut boleh sama hitam, kita boleh berasal dari rahim yang sama, tetapi yang lainnya …, ya lain lagi ceritanya. Inilah sebabnya mengapa kita kemudian dikaruniai akal, lalu diberi hiasan iman dengan tambahan aksesori berupa ihsan, agar kita dapat bersikap bijak dalam menghadapi kehidupan ini yang tidak selamanya mau berpihak kepada kita, begitu pula dalam kehidupan bersaudara. Kenalilah saudara kita, tetapi yang lebih penting lagi adalah kenalilah diri kita sendiri terlebih dahulu. Untuk itu simaklah catatan dibawah ini yang mungkin dapat membantu :
Al-ikhwānu tsalāsah :
akhun ka ‘l-ghidzā’ … tahtāju ilai-hi dā-iman, wa …
akhun ka ‘d-dawā’ … tahtāju ilai-hi ahyānan, wa …
akhun ka ‘d-dā’ … lā tahtāju ilai-hi abadan. artinya
Saudara itu ada tiga macam :
bagaikan makanan, yang … selalu kita butuhkan, atau …
bagaikan obat, yang ... terkadang saja kita butuhkan, atau
bagaikan penyakit, yang ... sama sekali tidak kita butuhkan.
Catatan :
Kata “akh” yang berarti “saudara” memiliki banyak bentuk jam’ (plural). Dua yang paling populer adalah “ikhwah” dan “ikhwān” yang memiliki arti yang tetap sama tetapi berbeda dalam konotasi. Kata “ikhwah” digunakan untuk arti “saudara” yang dihubungkan oleh garis keturunan, sedangkan kata “ikhwān” dipakai untuk arti “saudara” yang tercipta karena persahabatan dan pertemanan. (lihat kamus al-Munjid fi ‘l-lughoh, Louis Ma’louf, Beirut. Halaman 5).
diambil dari :
http://benzein4.wordpress.com/category/hikam/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar