Namanya Neneng Suwaibah, kombinasi nama mojang sunda dan wanita arab. Ia termasuk gadis pendiam yang memendam sejuta gemerlap. Meski pendiam tetapi senyumnya selalu setia menghiasi wajahnya, alaa … mak cantiknya !. Bukan cuma itu, bahkan prestasi akademiknyapun cantik nian, alaa … pak !.
Gadis kelahiran 27 Juni 1990 ini setamat dari MI At-Thahiriyah langsung memilih MTs. MTM sebagai pelabuhan studi keduanya, mengikuti jejak para “pendahulu”nya ( ketiga kakaknya : Ahmad Abdul Wahab, Suryani Wahab dan Salman Alfarisi ) yang telah lebih dulu berlabuh disana. Di MTs. MTM, ia bertemu dengan Fatimiyah Fasuha dan Nurul Liya yang kemudian menjadi teman-teman terbaiknya. Ia aktif di BPH OSIS, Pramuka dan Paskibra selain belajar. Prestasinya terbilang bagus karena “beredar” pada peringkat 3-5 selama 3 tahun. Pada tahun 2005 ia menamatkan pendidikannya di MTs. MTM tercinta dan kemudian melanjutkannya ke “luar" negeri (karena tidak mau mendaftar ke SMA/SMK Negeri yang kurang diminatinya) yaitu MA Al-Khairiyah, Buncit Mampang Prapatan.
Di SLTA ini, bintang Neneng mulai bersinar terang dan terus menyebarkan binar-binar gemerlap cahayanya. Tiga tahun penuh, ia mengantongi gelar juara umum di sekolahnya dan memperoleh beasiswa untuk prestasi akademiknya ini. Ia Juga aktif di BPH OSIS sebagai Ketua Bendahara disamping kegiatan kesiswaan lainnya, diantaranya sebagai anggota inti Group Cerdas Cermat sekolahnya yang menjuarai Lomba Cerdas Cermat Agama Universitas Nasional (UNAS) Jakarta. Tahun 2008 ia lulus dengan “Cum Laude” dan lewat PMDK ia mendapat jatah di Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB Bogor, tetapi karena “anugerah” ini kurang seiring dengan minat dan cita-cita, serta tidak mendapat restu dari keluarga, maka kampus IPB-pun ia jauhi dengan rela hati.
Pilihan perguruan tingginya kemudian jatuh pada Universitas Islam Jakarta (UIJ) Utan Kayu, Jakarta dengan mengambil Fakultas Agama Islam, Jurusan Pendidikan Agama Islam. Di UIJ ini bintang Neneng makin cemerlang dan benderang, ia menjadi “the best” seangkatannya dengan perolehan IP 3.80, wow … hebat !. Rupanya “titisan darah” dari kedua kakeknya ( dari bapak dan ibu ) yang merupakan kiai yang cukup disegani pada masanya, “mengalir deras lalu menggumpal kental” didalam diri Neneng dan sepertinya ia telah “ter-plot” "dari sono"nya untuk menjadi seorang Ustadzah yang huebah di masa datang, in syaa ‘ll-Looh - amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar